BOGANINEWS, BOLMONG – Rencana pencabutan gas Elpiji 3 Kilogram membuat sebagian warga di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) khawatir. Alasannya, gas elpiji sudah merupakan kebutuhan rutin harian. Jika subsidinya di cabut, akan membebani warga khusunya masyarakat miskin.
Sintia salah satu warga Kecamatan Lolak mengatakan, naiknya harga elpiji akan menambah beban ekonomi keluarganya.
“Baru saja BPJS naik, kini elpiji naik lagi, ini bikin tambah susah,” kata dia. Ia mengaku sulit berpaling dari gas. Minyak tanah mahal dan terbatas. Kayu api sulit dicari. “Solusinya batasi pengeluaran,” ucapnya.
Marcel Paputungan warga yang sama juga mengaku, tidak bisa membayangkan jika harga elpiji naik jadi 36 ribu per kilogram. “Sekarang saja sudah sulit, harga-harga naik semua, apalagi ditambah harga elpiji naik,” katanya.
Sebagai nelayan, Marcel tergolong miskin. Namun ia tak terdata program-program bantuan sosial. Bisa dipastikan ia tidak akan menerima elpiji subsidi. Diketahui, elpiji subsidi hanya akan disalurkan pada kaum miskin lewat skema penyaluran yang diatur. Selain nelayan, ia menyandarkan hidup pada kantin kecil yang menjual pisang goreng.”Pasti usaha ini tutup,” kata dia.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan dan ESDM Bolmong Tonny Tolikara mengatakan, pihaknya masih menanti jumlah kuota dari provinsi. “Kita dapat tambahan kuota saat natal dan tahun baru lalu, makanya kita masih nantikan hasilnya,” jelasnya.
Terkait pencabutan subdisi, ia mengaku masih menanti adanya putusan resmi. “Kita tunggu saja, yang pasti sekarang baru wacana,” katanya. (ino)
Komentar