BOGANINEWS, BOLTIM – Kelompok Tani (Poktan) di Desa Togid, Kecamatan Tutuyan, keluhkan bantuan sarana produksi benih padi Ciherang, yang tidak bisa tumbuh dan menghasilkan panen yang baik (Mentek).
“Sesuai informasi yang saya dapat, bahwa benih padi yang disalurkan pada tahun 2018 lalu, sama dengan yang akan disalurkan pada tahun 2019 ini, yaitu benih Ciherang. Pastinya kami kelompok tani di Desa Togid akan menolak, karena benih tersebut tidak cocok dengan lahan persawahan di desa Togid. Hasil panennya rusak atau kena hama mentek,” aku Hamka Katili, Ketua Poktan Desa Togid, Rabu (13/3/2019).
Lanjutnya, jika dibolehkan mereka hanya mau menerima pupuk yang satu paket dengan benih ciherang. “Namun sayangnya dari penyuluh mengatakan tidak bisa, karena pupuk tersebut satu paket dengan benih Ciherang,” kata Hamka.
Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Yusni Fenty Djangkarang, mengaku, jika pihaknya belum menerima laporan dari penyuluh tentang adanya hama mentek dipersawahan Togid.
“Saya belum menerima laporan dari lapangan bahwa di persawahan Desa Togid tidak bisa ditanami benih padi Ciherang, karena ada hama mentek. Jika sudah ada laporan dari petugas pengamat hama, pasti kami akan turun bersama dengan petugas hama untuk menindaklanjuti keluhan petani tersebut,” jelas Fenty.
Selain itu katanya, bantuan sarana produksi ini merupakan bantuan bersifat stimulan bagi petani yang bersumber dari APBN melalui Kementrian Pertanian sampai ke Provinsi, Kabupaten/kota.
“Bantuan pemerintah ini berupa sarana produksi yaitu benih dan pupuk. Setiap poktan mendapat bantuan tersebut. Dinas Pertanian Boltim yang mengawal penyaluran, penanaman sampai pada proses panen,” jelasnya.
Dikatakannya lagi, ada beberapa faktor penyebab mentek. Pertama, virus yang dikeluarkan oleh hama wereng, kedua pola tanam petani dari tahun ke tahun ditanami padi terus menerus, ketiga pergantian cuaca, dan terakhir penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Namun mana yang dominan belum bisa di pastikan karena belum ada penelitian secara lanjut.
“Petani sudah diimbau untuk melakukan pergantian tanaman seperti pergiliran tanam. Misalnya diganti dengan tanaman Palawija seperti jagung atau kedelai, ini guna memutuskan rantai penyakit dari padi dan kemudian melakukan atau menanam secara serentak. Secara sadar, sebenarnya penggunaan pupuk organik yang bersumber dari dedaunan atau kotoran hewan sangat bagus untuk mengembalikan unsur-unsur hara didalam tanaman. Namun sayangnya petani itu sendiri yang tidak mau menggunakannya dengan berbagai alasan seperti tidak praktis dan tidak instan untuk hasil produksi tanaman,” imbuhnya.
Diketahui, Penyaluran bantuan sarana produksi tahun 2019 sekitar bulan April, secepatnya akan disalurkan sesuai himbauan dari Kementrian Pertanian untuk mempercepat penanaman di tahun 2019. (Agung)
Komentar