BOGANINEWS, KOTAMOBAGU – Kota Kotamobagu ternyata memiliki sejumlah situs sejarah yang perlu ditelusuri. Diantaranya, sumur tua yang terletak di desa Bilalang I Kecamatan Kotamobagu Utara. Sumur dengan kedalaman sekira 9 meter itu, menurut warga setempat, masih peninggalan zaman kolonial Belanda. Kondisi sumur terlihat utuh dan di dalamnya masih ada air. Selain itu, ditemukan juga bongkahan bekas bangunan rumah milik seorang pendeta asal Belanda.
Hal itu terlihat saat Tim Telusur Jejak Bogani (T2JB) yang terdiri dari sekelompok pewarta melakukan pembersihan di sumur tersebut, belum lama ini.
“Sumur ini dibangun masih zaman Belanda, milik pendeta. Didalam dulunya ada tangga,” kata Yahya Sugeha, yang akrab disapa Papa Dadang.
Terpisah, Budayawan Bolaang Mongondow Chairun Mokoginta, membenarkan sumur tersebut milik dari pendeta asal Belanda, Walker Dunnebier. Ia menceritakan, pendeta Dunnebier juga seorang peneliti.
“Selain pendeta, ia juga seorang antropolog yang datang ke Kotamobagu sekitar Tahun 1930-an sampai 1950-an. Selain sumur ada juga bekas bangunan rumah Pendeta Dunnebier di lokasi itu. Saat ini sudah menjadi perkebunan milik warga,” ungkap Chairun, sebagaimana dilansir dari media Bolmongnews.
Menurutnya, alasan Dunnebier menetap di wilayah tersebut, disebabkan untuk belajar memahami adat istiadat dan kebudayaan Bolaang Mongondow. Dunnebier mempelajarinya melalui salah satu tokoh adat Bolaang Mongondow yang cukup dikenal di masa itu. Yakni Abo Inel Mokoginta warga Desa Bintau’ Kecamatan Passi.
“Jadi ada misi yang dilakukan oleh Dunnebier. Sehingga ia memilih menetap di tempat itu, agar lebih dekat dengan tokoh adat. Ia belajar sekaligus melakukan penelitian tentang kultur masyarakat lokal, termasuk bahasa Mongondow. Agar misi dalam melakukan penjajahan dan penyebaran agama pada masa itu berjalan dengan baik,” terang Mokoginta.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Pada akhirnya Dunnebier berpindah tempat ke lokasi Ikuna, yang saat ini berada diantara Desa Pangian dan Desa Poopo Kecamatan Passi Timur.
“Dunnebier pindah ke Ikuna, hingga akhirnya ia kembali ke Negaranya pada tahun 1950an sebelum dihapuskannya system Pemerintahan Kerajaan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotamobagu Thelma Ololah mengaku, bahwa situs sejarah tersebut sudah diinventarisir oleh pihaknya beberapa waktu lalu.
“Kita sudah survey akhir tahun lalu sumur peninggalan kolonial belanda ini bersama-sama badan arkeologi wilayah Suluttenggo hingga bekas bangunan yang ada di sebelah atas sumur,” katanya.
Sekadar informasi, salah satu peninggalan Pendeta Dunnebier adalah kitab Injil yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Mongondow. (*)
Komentar