Pengumuman 10 Besar Peserta Uyo-Anu Boltim Diharapkan Perhatikan Kualitas Bukan Kekuatan Lobi

BOGANINEWS, BOLTIM Nama-nama 10 besar putra dan putri terbaik yang mengikuti seleksi Uyo dan Anu akan segera diumumkan oleh panitia pelaksana pemilihan Uyo dan Anu Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tahun 2019.

“Semoga sudah ada keputusan dari panitia. Jika tidak berhalangan, panitia akan umumkan sore ini siapa saja yang masuk 10 besar,” ungkap Risky Lamaluta, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Boltim, Kamis (11/7).

Lanjutnya, terdapat 60 peserta yang mendaftar dalam ajang tersebut. Dan semua di nilai secara ketat.

“Seleksi kita lakukan secara ketat untuk menghasilkan putra dan putri terbaik di Kabupaten Boltim. Semua pesertanya hebat-hebat, makanya tim panitianya masih susah menentukan siapa yang masuk di 10 besar. Semua sama bagus, masing-masing ada kelebihan dan kekurangan,” ujarnya.

Sementara itu, Mantan Ketua Kohati Hmi Cabang Bolaang Mongondow Raya (BMR), Bidari Nuraini Sugeha berharap, kalau kualitas putra putri daerah yang lebih diutamakan ketimbang kekuatan lobi atau besaran daya tekan kedalam panitia.

“Pasti panitia pun dalam hal ini sudah memiliki kriteria dan standarisasi penilaian dari tiap kontestan. Dan sebagai masyarakat awam, tentunya saya berharap bahwa kriteria paling mendasar yang diterapkan atau yang di lihat adalah kontestan merupakan putra putri terbaik daerah, atau bisa digaris besar tentang kriteria putra dan putri daerah yang dimaksud, yaitu perempuan dan laki-laki yang menjadi penduduk asli daerah tersebut, dan dibuktikan dengan KTP,” kata Bidari, yang juga merupakan aktivis perempuan di BMR.

Selain kata Bidari, diharapkan memiliki pengetahuan atau wawasan kedaerahan tidak hanya sebatas pengetahuan tentang letak geografis daerah tersebut, tetapi juga memahami adat istiadat, kebudayaan, hingga sejarah dari daerah yang dimaksud.

“Itu dulu yang diharapkan. Soal penguasaan bahasa asing juga softskill lain, tentu juga penting dijadikan penilaian. Tp pemuda/i ciri khas daerah adalah modal awal menurut saya,” kata Bidari.

Menurutnya, sangat disayangkan ketika saat ini, bahasa Mongondow malah menjadi tabu di tanah Mongondow sendiri.

“Kebudayaan, adat istiadat, hingga sejarah daerah menjadi asing bagi pemuda daerah. Maka dari itu, saya memandang perlu untuk para kontestan di gembleng dengan masalah-masalah itu selama karantina, karena jangan sampai duta daerah malah tidak memiliki jati diri atau ciri khas sebagai putra/i daerah,” harapnya. (Agung)

Komentar