BOGANINEWS – Serangan jantung atau yang sering disebut infark miokard, terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup aliran darah.
Kondisi darurat ini membutuhkan pertolongan medis segera, karena semakin lama mendapat pertolongan, maka akan semakin besar kerusakan pada otot jantung dan menimbulkan risiko kematian.
Serangan jantung bisa terjadi pada siapa saja. Meski risikonya mungkin lebih besar pada perokok atau mereka yang tak menerapkan pola hidup sehat, serangan jantung juga bisa menyerang orang yang rajin berolahraga, termasuk atlet.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr Michael Triangto, Sp.KO menjelaskan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali tujuan dalam berolahraga. yaitu olahraga untuk kesehatan, olahraga untuk rekreasi, dan olahraga untuk prestasi.
“Olahraga untuk prestasi bukan hanya olahraga yang dilakukan para atlet ya, tapi juga mereka yang melakukan olahraga untuk pencapaian tertentu. Misalnya, lomba lari 5 kilo meter atau balap sepeda puluhan kilo meter. Itu kan mendorong diri kita berkompetisi dan mencapai sesuatu,” jelas Michael dikutip dari kompas.com Selasa (15/6/2021).
Lanjut kata Michael, jika tujuan olahraga untuk prestasi, maka sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis olahraga lebih dulu untuk mengetahui kondisi kesehatan terlebih dahulu.
“Yang harus diketahui adalah kondisi kesehatan saat ini. Jangan bilang, dulu saya kuat lari puluhan kilo meter. Enggak bisa seperti itu. Karena kondisi kesehatan dulu dengan sekarang belum tentu sama. Dan usia juga enggak bisa bohong ya. Semakin bertambah usia, kemampuan dan kekuatan tubuh tentu akan berkurang juga,” terangnya.
Ia menyarankan, pada orang-orang yang sering berolahraga untuk datang ke dokter tidak hanya saat sakit atau terjadi cedera. Namun, pada saat melakukan olahraga harus
meriksaan kesehatan secara rutin dilakukan. Apalagi umumnya, olahraga dengan tujuan prestasi cenderung dilakukan melampaui batas dan kemampuan.
“Kenapa begitu? Karena kalau latihannya dilakukan suka-suka dan seadanya, ya enggak akan bisa jadi juara, enggak ada kemampuan bertanding mengalahkan lawan. Tapi, tentu ini dilakukan bertahap,” kata Michael.
Menurutnya, olahraga tetap bisa dilakukan, selama penyakitnya terkontrol dengan baik. Dalam arti, teratur periksa ke dokter, rutin melakukan pemeriksaan laboratorium, dan minum obat dengan benar dan sesuai aturan.
“Selain itu, penting untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang dengan kalori yang cukup. Jadi, enggak mungkin kalau hanya makan sayuran saja. Komposisinya harus seimbang,” ungkapnya.
Michael menekankan, hal lain yang harus diperhatikan, dalam melakukan olaharaga sesuai kemampuan dan kondisi kesehatan diri, agar tidak membahayakan jiwa.
“Sekarang kan ada smart watch yang bisa mendeteksi detak jantung, saturasi oksigen, dan tekanan darah saat kita berolahraga. Sehingga, bisa membantu mengingatkan ketika melebihi normal, tuturnya.
Meski demikian, dalam kondisi tersebut, Michael mengatakan, bukan berarti harus langsung berhenti, melainkan menurunkan kecepatan.
“Jika setelah menurunkan kecepatan, detak jatung masih belum normal, maka hentikan olahraga dan beristirahat,” pungkasnya. (**)
Sumber : kompas.com
Komentar