BOGANINEWS, KOTAMOBAGU – Memiliki lahan pertanian yang siap untuk dipanen merupakan harapan besar bagi setiap petani yang berorientasi bisnis karena harus melewati proses yang lumayan panjang serta biaya produksi yang tidak sedikit tentunya.
Iswadi Djaman, Warga Kotobangun, dengan bertani cabe tentunya akan menjadi pendapatan bagi keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan. “Saat ini telah 700 pohon cabe yang siap dipanen dan sekitar 1.500 pohon yang dalam proses penanaman “ungkap Adi sapaan akrabnya.
Djaman mengatakan, diprediksi tanaman cabe miliknya yang berlokasi di Kotobangun, disaat panen akan mencapai sekitar 600 hingga 700 kilogram (Kg) cabe untuk per minggunya. “Kurang lebih sekitar 700 Kg dan bila dirupiahkan tentunya harganya akan mencapai jutaan rupiah,” ujarnya.
Lanjutnya, dari 2.200 pohon yang ditanam sekitar 1.800 yang dapat berhasil dengan menggunakan metode bertani menggunakan Mulsa. “Penggunaan mulsa ini tujuannya untuk meminimalisir biaya pembersihan tanaman dari gulma ( tanaman pengganggu) dan mencegah OPT (organisme pengganggu tanaman) berkembang biak yang dapat merusak tanaman. Karena tanaman cabai adalah tanaman yg paling sulit di budidayakan jika tidak di urus dan lakukan pencegahan penyakit,” tuturnya.
Dimasa pandemi covid-19 saat ini, Dia juga mengatakan para petani cabe saat ini menjerit karena pengambilan dari tengkulak hanya Rp.12.000/Kg. “Padahal perjuangan petani untuk menghasilkan cabe sangat keras. Penurunan harga cabe akibat masuknya cabe dari daerah lain serta dipengaruhinjuga daya beli masyarakat dan restoran yg turun drastis,” imbuhnya.
Lanjutnya Dia lagi, Pemerintah saat ini dibutuhkan perannya terhadap kondisi yang dihadapi oleh petani cabe khususnya di kotamobagu yang juga mampu menyiapkan stok cabe bagi masyarakat.
“Berharap pemerintah memberikan insentif kepada para petani cabe sekaligus pemerintah mengontrol harga cabe di pasaran” tutupnya. (*)
Komentar