BOGANINEWS, BOLTIM – Gita Mustapa atau akrab disapa Simi-Simi, warga Desa Bai, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), sering membuat resah masyarakat. Ulah Simi-simi ini, sampai melempari para pengendara dan warga di Kotamobagu.
Menanggapi ulah Simi-simi tersebut, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Boltim, Rudi Malah mengatakan, perempuan tunawicara itu mengalami gangguan mental.
“Perempuam ini selain tunawicara, dia memgalami gangguan mental. Dari hasil pemeriksaan lalu. Simi sebenarnya orang baik. Tapi karena orang tuanya sudah tidak ada, dia tinggal bersama neneknya, di Desa Bai, setelah itu dia ke Kotamobagu,” terang Rudi pada media ini Rabu (18/9/2019).
Dijelaskannya, memang Simi-Simi dari dulu selalu bikin ulah. Sehingga pihaknya akan bekerja sama dengan Pemkot Kotamobagu melalui Dinsos untuk berusaha menangani Simi-Simi dengan mengembalikan ke keluarganya.
“Kami akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Dinsos dan Dinas Kesehatan, Satpol PP, juga keluaraganya, untuk penanganan selanjutnya. Keterlibatan dan kepedulian dari keluarganya sangat diharapkan agar dapat membantu penanganan ini,” harapnya.
Lanjutnya, persoalan Simi-Simi ini tidak dibiarkan begitu saja, tapi sudah sempat di bawa ke psikiater. Tapi karena dia susah bicara, sehingga kesulitan untuk berkomunikasi denganya.
“Kami sudah ambil alih, membawa yang bersangkutan untuk pengobatan sampai mengurus BPJS dan berikan pembinaan. Waktu dia hamil sampai melahirkan kita bawa ke Manado. Di sana dia baik dan sudah menyesuaikan. Mereka kasih perlakuan khusus, karena ada pembaikan perilaku. Tapi tidak tahu bagimana sehingga dia sampai keluar dan balik ke Kotamobagu,” terang Rudi.
Dijelaskannya lagi, sesuai pemeriksaan, Simi tidak bisa mengasuh anaknya, karena sangat resisten dan berbahaya jika dia stres akan membunuh anaknya.
“Sekarang sudah ada yang mengadopsi anaknya,” ungkapnya.
Namun kata Rudi, karena sudah tidak ada anaknya sampe dia stres lagi dan berbuat yang meresahkan masyarakat di Kotamobagu.
“Simi kembali stres teringat anaknya dan lari dari rumah sakit. Namanya orang ganguan mental, di mana dia berada daerah itu yang bertanggung jawab. Namun, kami tidak membiarkanya. Dinsos harus bersama dengan Dinkes untuk mengantisipasinya. Dinkes yang akan menyutik obat penenang, baru membawanya ke RS Ratuisiang, untuk dilakukan perawatan dan pembinaan lagi,” terang Rudi. (Agung)
Komentar