BOGANINEWS BOLMUT — Rangkaian gempa berkekuatan 7,7 skala ricther disusul gelombang tsunami yang meluluhlantakkan wilayah Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada Jumat (28/9), menyisahkan kisah duka mendalam.
Uping Maloho, warga Desa Boroko Timur, Kecamatan Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), menjadi salah satu saksi mata yang selamat atas peristiwa naas itu.
Kepada boganinews, ia menceritakan, awal keberangkatannya ke Kota Palu. “Saya berada di sana (Kota Palu) untuk urusan dinas perusahaan. Saya berangkat bersama denga rekan saya, Almarhum Iksan Imban,” tutur Uping.
Kata Uping, ia dan Iksan melakukan check in di Hotel Roa Roa tepatnya sebelum waktu Maghrib. “Setelah check in, saya dan Iksan mendapat kamar dilantai Tujuh nomor 706. Tak lama berselang karena waktu itu rokok habis, Saya meminta izin kepada Iksan untuk membeli rokok di luar,” ujarnya.
Nahas, belum 15 menit keluar dari hotel gempa terjadi, gedung Hotel Roa Roa runtuh rata dengan tanah. Malangnya, Iksan waktu itu masih berada di dalam Hotel. “Saya berada di luar sangat panik. Waktu kejadian begitu cepat, gedung hotel langsung runtuh. Sementara Iksan masih di dalam hotel,” tuturnya.
Setelah evakuasi korban dilakukan, Iksan ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa karena tertimbun reruntuhan bangunan hotel. “Saya sangat syok, Iksan ditemukan meninggal tertimbun reruntuhan gedung hotel,” ungkapnya.
Melansir data dari BNPB, hingga saat ini korban tewas mencapai 1347 orang. Sementara, diprediksi ada sekitar 50 sampai 60 korban yang tertimbun di Hotel Roa Roa. “Di Hotel Roa Roa yang runtuh dan rata dengan tanah diperkirakan ada 50 sampai 60 orang yang tertimbun,” ujar Kabag Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho. (***)
Komentar