BOGANINEWS – Pemilihan kepala daerah selalu menjadi momen penting bagi masyarakat untuk menentukan arah pembangunan di daerah. Di Bolaang Mongondow, calon bupati dan wakil bupati nomor urut 3 yang diusung PDI Perjuangan, menyampaikan program unggulan “1 Sapi untuk 1 KK” dalam setiap kampanye dialogis. Ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Program ini bukan janji politik, tetapi merupakan bagian dari visi dan misi yang jelas dan terukur untuk membangun masa depan masyarakat yang lebih baik dan sudah berhasil dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia, sukses menekan angka kemiskinan serta menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Sebut saja di Provinsi Jawa Timur dengan populasi sapi terbanyak di Indonesia dan Asia Tenggara. Pada tahun 2019, populasi sapi di Jawa Timur mencapai 4.705.067 ekor.
Kemudian program sapi juga ada di Provinsi Jawa Tengah Provinsi dengan populasi sapi terbesar kedua di Indonesia. Pada tahun 2021, populasi sapi di Jawa Tengah mencapai 1.863.327 ekor. Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi dengan populasi sapi terbesar di Pulau Sulawesi. Pada tahun 1900, Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi ternak sapi terbesar di Indonesia. Sulawesi Selatan produsen sapi terbesar di Indonesia, dengan kontribusi 8 persen dari total populasi sapi nasional 11,32 juta ekor. Berdasarkan data BPS Sulsel tahun 2021 bahwa jumlah populasi ternak sapi yang ada di provinsi ini mencapai 1,45 juta ekor. Kabupaten yang menjadi pemasok sapi terbesar adalah Kabupaten Bone.
Selanjutnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi ini memiliki populasi sapi tertinggi kelima di Indonesia. Pada tahun 2023, NTT memiliki populasi ternak besar sebanyak 1.176.317 ekor, yang terdiri dari sapi potong, sapi perah, dan kerbau. Daerah ini menghasilkan 25.400 ton daging sapi pada tahun 2023 dan kabupaten Belu merupakan salah satu penyumbang populasi sapi potong terbesar di NTT sedangkan Kabupaten Timor Tengah Selatan juga memiliki populasi sapi yang tersebar di seluruh kecamatan.
Kabupaten di NTT yang menjadi pemasok sapi yakni Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Malaka, Kabupaten Belu, Sumba Timur dan Sebagian pulau Flores. Akan halnya di Provinsi Lampung. Memiliki potensi besar dalam produksi sapi, dengan beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi sapi potong yakni Kabupaten Lampung Timur dengan produksi mencapai 2.100 ton, atau 15,8 persen dari total produksi daging sapi di Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah sentra produksi sapi potong dengan populasi ternak sapi potong tertinggi. Kabupaten ini juga memiliki potensi besar dalam pembibitan dan penggemukan sapi.
Provinsi Lampung memiliki beberapa feedlot, di antaranya PT. Karunia Alam Sentosa Abadi (KASA) di Kecamatan Bekri dan PT. Indo Prima Beef di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.
Penjelasan lain yang perlu diurai disini adalah, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, adalah satu daerah di Indonesia yang sukses meningkatkan sektor ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan program sapi. Program SMS Pisan, kepanjangan dari Sapi Manak Setahun Pisan (sapi beranak setahun sekali) terus digalakkan Pemkab Banyuwangi. Program yang digeber sejak 2021 ini berhasil meningkatkan produktivitas sapi di Banyuwangi.
Dengan program tersebut, produktivitas ribuan sapi di Banyuwangi mengalami peningkatan. Dari yang sebelumnya lahir sekitar 28.000 ekor per tahun, kini mencapai 30.000 per tahun. Daerah ini telah dikenal merupakan salah satu sentra sapi pedaging. Dengan program SMS Pisan ini, saat ini total populasi sapi di Banyuwangi capai 146.000 ekor.
Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur, sukses membangun daerah dan mensejahterakan rakyat dengan program sapi. Total populasi sapi di Kabupaten Pamekasan sejumlah 194.292 ekor (Data Sekunder Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pamekasan, 2021). Ada beberapa program untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kualitas sapi di Pamekasan, seperti Tim Buser, program Tim Bunting Serentak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak sapi. Sang Sultan, program pengembangan sapi Madura bibit secara simultan. Intan Satu Saka, program inseminasi buatan satu tahun satu kelahiran pada sapi. Siii PAPABARU, program seleksi sapi Madura bibit terintegrasi
Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki beberapa program terkait sapi, diantaranya program 1000 Desa Sapi. Program ini merupakan pengembangan sapi indukan dan sapi bakalan berbasis korporasi peternak. NTB dipilih sebagai lokasi pilot project program ini karena memiliki banyak potensi terkait ketersediaan lahan dan pakan ternak. Ada pula Program Bumi Sejuta Sapi (BSS). Program akselerasi pengembangan ternak sapi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi NTB sejak 2008. Program ini bertujuan untuk mengokohkan NTB sebagai produsen sapi dan mendukung percepatan program swasembada daging sapi.
Desa Korporasi Sapi (DKS). Program ini merupakan pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi peternak yang dicetuskan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2020. NTB merupakan salah satu lokasi program ini dan JICA-BSS. Program ini mendukung penyiapan lahan penggembalaan dengan kelompok peternak sapi potong di Sumbawa. Program ini meliputi pembangunan infrastruktur peternakan sapi potong, peugasan JICA Short term expert untuk infrastruktur Peternakan, dan follow up berupa sapi setelah infrastruktur selesai.
Pada tahun 2013, produksi daging sapi di NTB mencapai 14.277 ton. Pada tahun 2014, permintaan sapi potong dari luar daerah ke NTB mencapai 23.314 ekor. Pada tahun 2014, pemotongan sapi di dalam NTB mencapai 51.529 ekor. Pemerintah Provinsi NTB menargetkan penambahan populasi sapi sebesar 6 persen dari populasi sapi yang ada saat ini, yaitu 1,6 juta ekor.
Seperti yang diurai diawal tentang Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang berhasil dengan program sapi, Kabupaten Bone membuktikan diri sebagai lumbung produksi peternakan sapi terbesar di Sulsel sejak tahun 2017. Produksi sapi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, sekitar 405.000 ekor per tahun. Populasi sapi di Bone rata-rata meningkat 10 persen setiap tahun. Bahkan, Pemkab Mamuju memesan sebanyak 600 ekor bibit ternak sapi di Bone.
Secara kuantitatif dan kualitatif keberhasilan pembangunan peternakan di Bone telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan daerah. Keberhasilan pembangunan sektor peternakan di Bone mendapat pengakuan dari berbagai daerah di Indonesia ditandai dengan banyaknya daerah yang ingin kerjasama dalam sektor peternakan.
Sektor peternakan Kabupaten Bone, telah bertengger di peringkat empat se-Indonesia. Jumlah produksi ternak sapi di Bone sekitar 405.000 ekor. Populasi ternak sapi di Bone rata-rata meningkat 10 persen setiap tahun dihitung dari jumlah bibit atau anak sapi yang lahir. Sekitar 4 persen diantaranya dijual ke luar daerah. Sedangkan 6 persen lainnya dipelihara oleh masyarakat Bone.
Kabupaten Bone dengan Program Inseminasi Buatan (IB) telah dilaksanakan di Kecamatan Cina untuk meningkatkan populasi ternak, khususnya Sapi Bali. Sedangkan Kabupaten Enrekang menjadi sentra sapi perah, Kabupaten Sidrap melakukan program IB di Kelurahan Baru Lappa, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Barru melakukan program IB untuk meningkatkan produksi ternak, Kabupaten Maros memiliki potensial yang cukup besar untuk sektor ternak, khususnya untuk ternak kecil dan besar dan Kabupaten Wajo yang memiliki populasi ternak sapi tertinggi kedua di Sulsel setelah Bone.
Kabupaten Gorontalo Sukses dengan Program Sapi. Pada tahun 2018, produksi sapi potong di Kabupaten Gorontalo mencapai 89.110 kg. Populasi sapi di Gorontalo mengalami peningkatan yang signifikan, misalnya dari tahun 2017 ke 2018 naik 6.87 persen. Di Kabupaten Gorontalo Utara, populasi ternak sapi mencapai 32 ribu ekor yang tersebar di 11 wilayah kecamatan. Bahkan capaian Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) 17.981 akseptor meningkat 149% dari target 12.000 akseptor di tahun 2019. Pada Mei 2024, sebanyak 600 ekor sapi dari Gorontalo di kirim ke Balikpapan. Bahkan, ditargetkan setiap bulan akan dikirim 1.000 sapi di Balikpapan.
Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, Sukses dengan Program Sapi. Kabupaten Pohuwato memiliki daya dukung hijauan rumput untuk sapi potong sebesar 123.192 ST, dengan kapasitas peningkatan populasi ternak sapi potong sebesar 104.393 ST.
Kecamatan Dengilo merupakan kecamatan dengan produksi hijauan tertinggi, sedangkan Kecamatan Marisa merupakan kecamatan dengan produksi hijauan terendah. Pada tahun 2021, Pemerintah Kabupaten Pohuwato dan Gorontalo Utara (Gorut) menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama dalam perdagangan ternak sapi potong.
Pada tahun 2022, Proyek Emas Pani menyumbangkan 350 sapi ternak kepada 10 warga di Kabupaten Pohuwato sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Sebanyak 212 penambang di Kabupaten Pohuwato memutuskan untuk berhenti dan beralih profesi mengikuti program peternakan/penggemukan sapi. Produksi daging sapi potong di Kabupaten Pohuwato sendiri mencapai 247.962 kg pada tahun 2019.
Produksi daging sapi potong di Kabupaten Pohuwato tahun 2019, Popayato menghasilkan 22.889 kg daging sapi potong, Popayato Barat menghasilkan 18.176 kg, dan Popayato Timur menghasilkan 24.011 kg. Tahun 2018, Popayato menghasilkan 12.342 kg daging sapi potong, Popayato Barat menghasilkan 12.118 kg, dan Popayato Timur menghasilkan 13.518 kg.
Mengapa tulisan ini perlu disajikan? Artinya bahwa, gambaran ini menjadi sumber referensi tentang program sapi benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat, memajukan daerah dan meningkatkan perekonomian daerah. Sama halnya dengan program calon Bupati dan Wakil Bupati Bolaang Mongondow, Dr Ir Limi Mokodompit MM dan Welty Komaling SE MM.
Calon pemimpin seperti Limi Mokodompit dan Welty Komaling, memahami betul kebutuhan masyarakat Bolaang Mongondow yang mayoritas bergantung pada sektor pertanian dan peternakan. Dengan program “1 Sapi untuk 1 KK” mereka menawarkan solusi konkret untuk meningkatkan pendapatan keluarga, menyediakan sumber protein yang cukup, dan memperkuat ketahanan pangan. Ini adalah langkah nyata untuk menjawab tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat Bolaang Mongondow sehari-hari.
Misi dari calon bupati dan wakil bupati ini tidak hanya terbatas pada pengadaan sapi, tetapi juga mencakup pelatihan bagi peternak, akses terhadap pasar, serta dukungan dalam pengelolaan usaha peternakan. Dengan pendekatan yang menyeluruh, mereka menunjukkan bahwa program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat, bukan sekadar memberikan bantuan sementara. Ini adalah upaya untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan bagi pengembangan ekonomi lokal.
Pendapat saya, dalam setiap langkah yang diambil, Limi Mokodompit dan Welty Komaling menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama. Mereka berkomitmen untuk mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program-program yang relevan. Dukungan terhadap peternakan bukan hanya berdampak pada peningkatan ekonomi keluarga, tetapi juga pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Calon bupati dan wakil bupati Bolaang Mongondow Dr Ir Limi Mokodompit MM dan Welty Komaling SE MM yang mengusung program “1 Sapi untuk 1 KK” adalah sosok pemimpin yang tidak hanya memiliki visi dan misi, tetapi juga komitmen nyata untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Bolaang Mongondow. Mereka memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi masyarakat, serta berusaha memberikan solusi yang tepat.
Namun, di tengah upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program “1 Sapi untuk 1 KK” di Bolaang Mongondow, muncul suara-suara skeptis yang lebih bersifat bully daripada kritik konstruktif. Kelompok ini tampaknya terdiri dari individu-individu yang merasa sakit hati karena tidak memiliki program yang nyata dan efektif untuk rakyat. Mereka lebih memilih untuk merundung inisiatif yang berpotensi membawa perubahan positif daripada mengembangkan solusi alternatif. Banyak dari mereka yang menyerang program ini tampaknya tidak memiliki alternatif konkret untuk diusulkan.
Kritik yang mereka lontarkan seringkali bersifat emosional dan tidak didasarkan pada fakta atau analisis yang mendalam. Alih-alih berkontribusi dengan ide-ide yang membangun, mereka justru memilih jalan untuk menjatuhkan, menciptakan suasana negatif yang merugikan seluruh masyarakat. Hal ini mencerminkan ketidakpuasan pribadi yang dialihkan menjadi serangan terhadap program yang berorientasi pada kesejahteraan serta kepentingan rakyat.
Program “1 Sapi untuk 1 KK” dirancang untuk meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat lokal. Dengan memberikan sapi kepada setiap kepala keluarga, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta memberikan sumber protein yang lebih baik bagi masyarakat. Namun, sikap bully dari kelompok ini berpotensi menghalangi tujuan baik tersebut.
Pembully program “1 Sapi untuk 1 KK” di Bolaang Mongondow lebih mencerminkan barisan sakit hati yang merasa kehilangan kesempatan untuk berkontribusi secara nyata kepada rakyat. Ketimbang menjatuhkan inisiatif yang sudah ada. Terkesan nalar mereka tak mampu berdiri pada kerasionalan sehingga yang muncul adalah kesan miskin ide dan gagasan program untuk rakyat.
Kelompok yang melakukan bullying terhadap program unggulan Limi-Welty, terutama di platform media sosial seperti Facebook, tampaknya tidak memahami atau menghargai tujuan mulia ini dan tak menginginkan rakyat bolaang mongondow mencapai kesejahteraan dan peningakan ekonomi. Sebaliknya, mereka lebih fokus pada kritik tak terarah yang mengandung kebencian tanpa menawarkan solusi konstruktif. Mereka yang melakukan bullying terhadap program “1 Sapi untuk 1 KK” di Facebook, adalah barisan kelompok yang miskin ide dan gagasan yang kongkrit untuk diberikan kepada rakyat.
Penulis: Abdul Bahri Kobandaha, Politisi PDI Perjuangan Bolaang Mongondow
Komentar