ASN Padul Vs Penyuka Pancing

Saya membaca tulisan pertama yang ditulis Faisal Manoppo dengan judul (Si) Gila (Orang pe) Urusan di‪ https://boganinews.com/2017/05/si-gila-orang-pe-urusan/, pada Minggu ‪malam (7/5). Baru membaca judulnya, saya mulai menerka bahwa maksud tulisan ini ditujukan ke salah Satu Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota ‪Kotamobagu (KK), Sehan Ambaru.
Benar saja, tulisan itu memang ‪dimaksudkan untuk pria yang suaranya disebut-sebut mirip Once ini. Faisal, si penyuka pancing yang saya kenal kerap melahirkan ‪tulisan-tulisan kritis bernuansa tonteek. Pang hati kacili akan ‪dibuatnya makang hati-ini pasti dirasakan mahluk bernama Sehan Ambaru.
‪Saya cukup memahami maksud tulisan itu. Sebagai salah satu pecinta ‪informasi di dunia maya, saya cukup tahu bagaimana ASN KK bernama ‪Sehan Ambaru cukup padul dengan berbagai dinamika di sana. Bagaimana dia dan Denny Mokodompit saling membalas surat terbuka, saya juga ikuti. Sehan saya kenal sebagai mantan aktivis Lembaga Swadaya ‪Masyarakat (LSM) yang kemudian menjadi ASN KK.
Di era demokrasi dan bebas berpendapat saat ini, Sehan tetap tampil sebagai ASN yang aktif ‪di berbagai forum diskusi. Suka membahas isu-isu terkini di Sulut dan ‪Bolaang Mongondow Raya (BMR). Ke-padulan-nya cukup nyata di dunia ‪maya. Andai ASN Padul sama seperti ASN Teladan yang biasa dikompetisikan. ‪Bisa saya prediksi, peserta kompetisi ini harus mampu memaklumi jika ‪panitia penyelenggara hanya akan mencari juara kedua dan seterusnya. ‪Iya, karena juara pertama telah dipersiapkan untuk ASN KK Sehan ‪Ambaru.
Apa itu padul? Sedari kecil istilah ini saya kenal biasa disemat ‪kepada orang yang biasa nimbrung dalam pembicaraan yang tak umum untuk orang lain. Istilah Padul biasanya sekadar candaan-juga teguran kepada ‪anak-anak yang suka masuk dalam pembicaraan orang tua. Di kalangan ‪orang tua dulu, sebutan Padul bisa jadi dimaksudkan untuk mendidik.
‪Di media sosial, Sehan tampil sebagai komentator di banyak urusan. Gila urusan, kata Faisal, saya aminkan. Sebuah contoh kasus terbaru, Sehan yang menggunakan akun facebook Sehan Ambaru, sebagai ASN KK yang ‪sudah mengikuti penggemblengan etika sejak masih Prajab, menuding ‪bupati Bolsel Herson Mayulu sebagai pemimpin otoriter.
Kata otoriter di zaman demokrasi sekarang ini menjadi momok yang menakutkan. Jika ‪Herson sebagai pimpinan pemerintahan serta melekat padanya pimpinan adat tertinggi di daerahnya, kata Sehan Ambaru adalah otoriter, lalu mayoritas masyarakat Bolsel yang memilihnya (bersama pasangan Wabub Iskandar Kamaru) di Pilkada 2015 lalu mau disebut sebagai pemilih pemimpin otoriter? Sungguh ini sebuah perkara yang bisa mencatatkan nama Anda Sehan Ambaru di SPKT Polres Bolmong.
Mungkin tak semua pembaca tahu kronologis sampai si ASN Padul ini memberi pernyataan tersebut di grup facebook Suara Masyarakat Bolsel. ‪Pendek saja-berawal dari sebuah postingan Hendra Makalalag di grup ‪yang memiliki anggota lebih dari 10.000 akun facebook tersebut. Hendra Makalalag memposting foto bersama bersama mahasiswa S2 ITB asal Bolsel, Rinto ‪Kha P Ladja, Jumat (5/5). Hendra memberi keterangan pada postingannya ‪dengan berbagai pujian kepada Rinto sekaligus menenggarai bahwa upaya mahasiswa S2 yang telah melakukan riset tentang batok kelapa dan ‪tepung pisang goroho ini tak mendapat sokongan anggaran Pemkab Bolsel lewat beasiswa.
Di postingan inilah muncul ratusan komentar yang ‪beragam dari akun asli dan kalabur-termasuk akun Sehan Ambaru-yang tiba-tiba menjadi guru dan mengarahkan Pemkab Bolsel agar memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswa tanpa pandang bulu. Sok jadi penasehat kayaknya dia ini. Apa mungkin karena di pikirannya bahwa urusan begini tak mampu diselesaikan oleh hampir 2.000 ASN di Bolsel sehingga butuh saran dari ‘pemain luar’. Muncullah komentar jahat Sehan Ambaru yang menyebut kepala daerah Bolsel otoriter. Kata ini pasti akan diminta pertanggungjawabannya.
Ketika membaca tulisan ini, Sehan, Anda mungkin akan berkomentar: “Sama saja, ngana dengan kita kan sama-sama bukan orang Bolsel (Benar ‪bahwa saya lahir di Desa Togid dan sekarang tinggal di Kotabunan, ‪Kabupaten Boltim), kok sewot?”  Saya kerja di daerah ini, cukup tahu ‪tentang daerah ini. Lah, Anda, kerja sebagai ASN KK, malam nongkrong ‪di warkop, kok bisanya main tuding sana-sini. Nanti ada sesi lain ‪untuk mendebat masalah ini.
‪Pembaca, semakin menarik, di waktu yang hampir sama, Senin (8/4) sore, ‪sembari menikmati makanan khas Tinutuan dan teh hangat Coffee Town di Jalur Dua Kotamobagu, saya membaca postingan di salah satu media online ‘Si Gila Dari Gua Hantu‘ dengan penulis Sehan Ambaru.
Kotamobagu yang sedang hujan deras seolah berubah terik di ubun-ubun ketika membaca tulisan ASN KK ini. Mohon maaf Sehan, saya menghabiskan banyak waktu untuk berusaha memahami ‪tulisan Anda. Entah berapa lama Anda berusaha menyusun sebuah tulisan yang amburadulnya berada di atas poin 100. Anda sudah berhasil ‪melahirkan karya tulis yang hanya cocok menemani si penderita mencret ‪saat buang hajat. Karena sulit saya membedakan apakah ini ‪sebenar-benar tulisan ataukah anda sedang menyusun kitab jampi-jampi.
Prediksi saya, media online tersebut tak sempat mengedit tulisan Sehan, atau karena ikut bingung harus memulai dari mana mengedit tulisannya sehingga menaikkan mentahnya saja-biar urusan cepat selesai. Jujur, tulisan semacam itu cocoknya hanya berada di tong sampah. Belum hilang pening di kepala, muncul lagi ‘gol balasan’ dari pecinta pancing, Faisal Manoppo. Dia menulis dengan judul ‘Kalu Nyanda Mampu Jang Ba Paksa Sehan…’ silahkan baca https://boganinews.com/2017/05/kalo-nyanda-mampu-jang-ba-paksa-sehan/.
‪Di hari yang sama, skor menjadi dua satu untuk Faisal. Saya tak berharap ada kejutan dari Sehan Ambaru untuk menyamakan gol. Sekadar ‪Modal padul saja belum cukup membuat banyak orang akan paham tulisan ‪Anda, Sehan. Saran saya, belajarlah menulis yang minimal baik dan ‪mampu dipahami oleh yang bukan golongan jin dan tuyul. (*)
Penulis : Chendry Mokoginta (Orang Boltim)

Komentar