BOGANINEWS, KOTAMOBAGU – Kehadiran sapu plastik buatan pabrik, tak menyurutkan para pengrajin sapu ijuk yang dibuat secara tradisional di Desa Sia Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara, untuk tetap eksis.
Bahkan, kerajinan sapu ijuk yang menjadi usaha turun temurun ini mampu dan berani bersaing dengan produk serupa yang dibuat secara modern. Kualitasnya tetap terjaga dan harga juga terjangkau bagi kalangan bawah, menengah maupun atas.
“Kerajinan sapu ijuk ini produksinya memang kami buat secara manual dan tradisional. Namun, kualitasnya tetap kami jaga dan tidak kalah dengan sapu dari bahan baku plastik yang lebih modern,” kata Maurina Gelanggina pengrajin sapu ijuk asal Desa Sia.
Maurina yang ditemani anaknya Krisno Baeng, menceritakan, usaha sapu ijuk itu sudah digelutinya bersama suaminya Baat Baeng, kurang lebih sekira 23 tahun saat baru mulai berumah tangga. Namun, hingga saat ini sapu ijuk miliknya masih tetap digemari konsumen, karena kualitasnya yang tetap baik dengan harga yang bervariasi dan relatif murah, antara Rp 5.000 sampai Rp 7000 per batang.
“Kalau dia borong harganya Rp 5000, tapi kalau dijual eceran Rp 7000. Biasanya pada saat bulan Puasa banyak yang pesan, ” ujarnya.
Permintaan pasar terhadap sapu ijuk buatannya itu, lanjut Maurina, terus mengalami peningkatan. Bahkan pemesannya pun hingga ke luar daerah.
“Kemampuan produksi dalam seminggu rata-rata 100 batang. Untuk pasarannya sampai Tompaso, Amurang, Posigadan dan beberapa daerah lain,” katanya.
“Sekali bawa itu 100 Batang. Semuanya laku terjual, keuntungannya bisa sampai 400 ribu dalam sekali penjualan,” tandasnya.
Diinformasikan, Desa Sia merupakan penghasil sapu ijuk di Kota Kotamobagu. (Tr01/Ino)
Komentar