Sebagian Sungai di Boltim Tercemar Bakteri Penyebab Diare

BOGANINEWS, BOLTIM – Dari hasil pengambilan sampel, hampir sebagian besar sungai di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), tercemar bakteri escherichia atau e-coli yang menyembabkan diare. Hal ini disebabkan masih banyak warga membuang tinja atau air besar langsung ke sungai tanpa mengunakan WC.

Menurut Kepala Bidang Persampahan, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran Reza Pahlevi, tahun lalu ada tiga sungai yang diambil sampel air. Rata-rata hasil ketiga sungai tersebut tercemar bakteri escherichia atau e-coli yang menyembabkan diare.

“Sungai yang diambil sampel di tahun 2018 itu yakni Buyat, Motongkad dan Nuangan.
Hasil laboratorium WLN di Manado, ketiga sungai tercemar bakteri e-coli yang berada di atas ambang batas. Hal ini disebabkan oleh minat warga yang masih tinggi untuk buang tinja atau air besar di sungai sekalipun sudah memiliki WC,” ungkap Reza, Selasa (11/6/2019).

Reza menjelaskan, bakteri itu muncul karena hasil pembuangan kotoran manusia dan hewan, namun lebih tinggi manusi. Sebab kebanyakan warga Boltim, terutama yang bermukim di pinggiran sungai membuang air besar langsung ke sungai.

“Mereka tidak mengunakan WC, langsung nyemplung ke sungai. Sehingga terkontaminasi ke sungai,” jelasnya.

Menurutnya, bakteri e-coli sangat berbahaya bagi kesehatan manusia terutama penyakit diare. Namun, air sungai ini masih bisa di komsumsi asalkan harus dimasak terlebih dulu. Memasak air harus cukup lama, mesti sudah mendidih tetap dibiarkan di masak seperti air biasanya.

“Warga disekitarnya harus paham soal ini. Nah, untuk mengurangi bakteri ini, diharapkan warga kurangi buang hajad lagi di sungai,” pintanya.

Lanjutnya, masuk 2019 ini baru ada satu sungai yang diambil kualitas airnya yaitu sungai Paret. Hasil Lab WLN dan uji dari DLH Boltim, sungai ini tercemar bakteri e-coli sedikit di atas ambang.

“Penyebabnya juga karena kotoran hewan dan manusia, namun bisa dikomsumsi tapi harus dimasak,” katanya.

Sementara itu, Kepala DLH Boltim Sjukri Tawil mengatakan, pengambilan sampel air tahun ini bukan hanya di sungai, namun di sumber air seperti sungai, danau, serta sumur air warga. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya bakteri yang merugikan masyarakat terutama kesehatan.

“Waktu lalu kami hanya pilih sungai yang akan diambil sampel karena terkendala dana. Namun tahun ini, semua pengambilan sampel berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,” kata Tawil. (Agung)

Komentar